Jumat, 04 September 2015

Stage 1 Level 3

                “Kita harus melumpuhkan mereka yang lemah”
                “tapi bukannya seharusnya, yang terkuat yang terlebih dahulu?”
                “tidak. Kita nikmati saja permainan ini”

             

       Akhir pekan yang membosankan. Adik ku mengambil alih komputer ku untuk mengerjakan tugasnya. Dan sekarang Ibu ku menyuruhku untuk pergi menemaninya berbelanja. Kenapa tidak ajak Aira saja. Toh ia suka menghabiskan waktu berjam jam dengan teman teman sekolahnya di pusat perbelanjaan.

                “Azka, ayo cepat temani ibu” ujar ibu dari lantai bawah
                “ ya ya tunggu sebentar” aku mengenakan hoodie hitam ku dan berjalan kebawah dengan malas. Persetan dengan akhir pekan. Seharusnya aku bisa menikmati komputerku pagi ini.

****
PUSAT PERBELANJAAN HAZU CITY

                “Bu, kenapa kita harus jauh jauh ke pusat kota kalau pusat perbelanjaan di kota kita tidak kalah bagus dengan yang disini” keluh ku.
                “sudahlah. Ibu ingin mengenalkan mu pada seseorang. Makanya ibu mengajak mu kesini” kata ibu ku sambil celingukan mencari orang yang ia maksud. Sampai akhirnya seorang pria berbadan besar dengan style hitam-putihnya melambaikan tangannya ke arah kami.

                “Nyonya Amaya. Maaf sudah menunggu lama” ujarnya sambil membungkukkan badannya sedikit.
                “Ah, saya juga belum lama sampai disini—“
                “Ngomong ngomong, kenalkan anak saya Azka” Lanjutnya sambil mendorongku kedepan. Aku mengulurkan tangan ku yang di balas olehnya dengan genggaman yang sangat erat.
                “Azka” kataku sambil mencoba melepaskan cengkramannya. Ia hanya menatapku buas seakan aku adalah makan malam penutupnya.
                “Oh ya, sebaiknya kita lanjutkan bisnis kita lain kali saja.—“
                “dan—ah ya. Aku punya hadiah kecil untuk mu dan anak mu” ujar pria bertubuh besar itu dan kemudian langsung pergi dan hilang di keramaian pusat perbelanjaan ini.

                Aku menjauh dari hiruk pikuk central city ini ketempat yang lebih tenang. Hanz Burger—tempat favorite ku dan teman teman ku. Aku melihat ibu ku yang masih sibuk dengan bingkisan yang di terima oleh pria berbadan besar itu. Yasudahlah—barangkali hanya barang barang kesukaannya saja. Aku memesan dua Hanz Papa Burger yang berarti memiliki ukuran paling besar daripada yang lainnya dan satu cup soda. Aku duduk di dekat jendela menuju taman untuk menikmati sejuknya udara di Central city ini.
                Benar benar tidak ada yang bisa mengalahkan kelezatan Hanz Papa Burger. Daging dengan tekstur yang lembut dan berair di tambah lagi dengan lapisan roti yang sangat renyah dan hangat. Baru saja aku ingin menikmati Burger kedua ku. Aku merasakan ponsel ku bergetar.

                To           : Azka
                From     : Asher
Organisasi game central sudah memulai aksinya kembali. Cepat kesini! Sebelum lebih banyak korban yang tertangkap.

                Apa apaan ini. Baru saja aku ingin menikmati akhir pekan ku. Masalah baru sudah datang lagi. Aku membungkus Hanz Papa Burger yang masih tersisa dan meneguk sodanya sembari berjalan keluar tempat itu.
                *ring tones*
                “Bu, maaf meninggalkan mu sendirian. Sekarang aku harus menemui Asher segera—“
                “sampai jumpa nanti saat makan malam” belum sempat ibu ku membalas ucapan ku. Aku sudah menutup telfonnya dan langsung memberhentikan MRT yang kebetulan lewat. Rumah Asher memang tidak terlalu jauh dari pusat kota dan aku tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk menaiki kereta bawah tanah.

Sabtu, 29 Agustus 2015

Stage 1 Level 2

TEEETTTTT

Andai saja aku mengikuti ujian pemulihan musim panas kemarin. Mungkin hari ini aku
tidak akan terjebak oleh guru sialan ini di lorong kelas 1.

“Oh Penyesalan. Kenapa kau selalu saja datang terlambat!” bisik ku pada diriku sendiri dengan suara yg agak parau. Di
tambah lagi pegangan erat lengan Asher-sensei di leherku ini sangat menyiksa.

“bwahahaha” tawa khasnya mulai membanjiri
telingaku. Sepertinya ia mulai gagal kalem saat suasana sepi.

“Makanya jangan kebanyakan nge game
mulu…” ujar Asher-sensei dengan tertawanya di sela omongannya.

“sepertinya ada celaan khas mu yg tertinggal” aku menyelanya.

“…sayang noh muka kalo yg bisa nikmati cuma karakter visual doang” lanjutnya

“nah itu yang ku maksud dengan celaan yg tertinggal”

**

Ruang kelas pemulihan memang sudah tidak asing lagi bagi ku.

Meja pengawas di setiap sudut. Jarak bangku antar siswa yg lebih jauh. Timer di depan
meja pengawas utama. Dan yang lebih khas lagi adalah
“JANGAN MENYONTEK!” tulisan itu yg di tulis dengan huruf balok besar di papan tulis.

Asher-sensei yang masuk keruangan ini sambil menggeretku di lengannya membuat beberapa murid disana tertegun. Terutama
gerombolan perempuan itu.

“Jadi anak anak, kita kedatangan peserta
baru disini” katanya tegas sambil memperkenalkan ku.

Tunggu. Peserta baru?

Hei, Aku sudah tercatat sebagai peserta tetap di kelas ini! Dan bukan berarti aku bodoh.

Baru saja aku ingin memprotes soal status keberadaan ku.
Konvetti konvetti yang entah datang dari mana berhamburan di area kelas. Khususnya
tempat dimana aku dan Asher-sensei berada.

“Apa apaan ini” protesku.

“Selamat datang di Player Station Partner ” ujar
mereka semua yang ada disana.

“player station partner ?”
Seorang gadis berdada besar langsung menghampiriku dan memeluk lengan kiri ku,
tepat setelah aku menanyakan itu.

“Player Station Partner adalah tempat dimana kami semua saling membantu orang orang
seperti mu” katanya menjelaskan.

Rambut merah nya yang seperti terlalu lama terkena sinar matahari benar benar ingin
membuat ku tertawa. Terlebih lagi dada besarnya yg menempel pada lenganku
mengingatkan ku pada salah satu karakter visual favorite ku.

“eh? Orang orang seperti ku?” kata ku bingung.

“Yap. Orang tampan seperti mu dan terjerumus ke dunia game” kata seorang gadis berdada rata yang tiba tiba menghampiri ku dan ikut memeluk lengan kanan ku

“tch, tidak ada rasanya” kata ku sambil membuang muka

“apa?”
“dada rata mu itu”

Gadis dengan rambut hitam pekat yg pendek itu langsung menarik tangan ku dan
menendang perutku

“KYAAAA! DASAR LAKI LAKI MESUM!!”

“ARGHH! MAAF MAAF. TAPI MEMANG ITU
KENYATAANNYA” kata ku mengelak

“DASAR MENYEBALKAN!!” kakinya yang tadi ada di perutku kini berpindah posisi di wajah
ku yg tampan.

“Azka. Lucy. Sierra hentikan perbuatan
kalian” suara Asher-sensei memecahkan pertikaian kami. Tidak tidak sebenarnya
mereka duluan yg melakukan itu

“… Jadi Player Station Partner merupakan aliansi yang di kenal untuk membantu kalian
para gamers untuk kembali ke dunia nyata”
ujar Asher-sensei menjelaskan

“kembali kedunia nyata? Apa maksud mu?”

“Ya. Kalian para gamers– tunggu. Maksudku kau, Azka. Harus secepatnya memulihkan
pikiran mu yang tergantung pada dunia game, sebelum game central server di dunia
mengambil alih fikiran kalian” lanjut Asher-sensei

“mengambil alih fikiran?” tanya ku semakin bingung.

“kau ini bodoh atau otak mu sudah di perbudak server itu duluan sih?” tanya Sierra
sengit. Lebih tepatnya menghina sepertinya.

“ya, mengambil alih fikiran. Kau tau banyak game yg di produksi oleh perusahaan ternama
yg berpusat pada central server di Hazu city itu bukan?
Sudah terhitung 1 tahun server tersebut menyelundupkan berbagai virus untuk
menguasai negara ini” lanjut asher-sensei

“me-menyelundupkan virus katamu? Bagaimana bisa?! Bukan kah mereka sudah
melakukan uji coba terlebih dahulu?” aku tidak mengerti apa yg di maksud olehnya.

“begini. Azka. Kami juga tidak tahu kenapa mereka belum juga mengambilmu…”

‘heh?sepertinya kau ingin sekali aku diambil oleh mereka’ batin ku

“..tetapi ada kemungkinan mereka akan mengambil mu nanti. Jadi aku selaku guru yg
tidak pernah kau hormati, dan teman teman yg lebih pandai dari mu akan berusaha menghentikannya tepat sebelum perayaan
tahunan itu berlangsung.” kata asher-sensei panjang lebar.

“perayaan tahunan…”

“heee, itu berarti hanya 3 bulan lagi dari sekarang?!” entahlah, setelah mendengar penjelasan sensei 3 bulan itu menjadi sangat singkat sekali.

“Ya, dan kami ingin meminta bantuan mu” tambah sierra si rambut merah.

“eh,kalau itu…mungkin kalian bisa meminta bantuan pada orang lain” kataku gugup. Atau
mungkin kebingungan

“Azka Pratama! Haruskah aku bertekuk lutut pada mu agar kau mau menuruti permintaan
ku yang satu ini?!” tiba tiba saja asher-sensei mencengram leher ku kuat dan mendorongnya ke papan tulis. Wajahnya yg
terlihat frustasi benar benar menunjukkan kalau itu bukan asher yg ku kenal

“baiklah” kataku akhirnya. Asher-sensei mengendurkan cengkramannya di leher ku dan melepaskan ku.

Aku berdiri sambil memperbaiki kerah baju ku,

“Apa yang harus ku lakukan?”

Stage 1 Level 1

“attack!”
“sial. Aku gagal lagi”
Nama ku Azka Raditya Pratama, dan jangan sekali kali kalian mendekati ku lalu bertanya

      apa untung nya bermain game?”

****

“cepat bangun! Nanti kesiangan”

“hmm”

“Azka! Ayo bangun”

“iya iya”

Aku membuka kedua mata ku dan pupilnya mulai
menangkap cahaya yang menyilaukan. seperti
biasa, orang yang menyebalkan ini selalu saja ada
di kamar ku setiap pagi.

“keluar lah. Aku menyusul” kata ku dengan suara
yang masih mengantuk

“dasar tidak tahu terima kasih” ujar Aira menjauhi
tempat ku dengan bibir yang mengkerut dan–
BLAMMM!

“AIRAAAAAAAA” seperti biasa, ia selalu
membanting pintu kamar ku.

Dasar adik yang
menyebalkan

***

    Tahun kedua di SMA Seido . Tidak ada yang special.
Seperti biasanya, aku selalu asyik dengan dunia ku
dan mereka semua pun begitu.
Dan jadilah kami yang saling mengabaikan satu
sama lain.

    Nilai akademik ku tidak buruk. Dan tidak juga baik. Aku menghabiskan hampir dari seluruh hidup ku untuk bermain game dan aku menyukainya.
Tidak banyak orang yang mengenalku.

Lebih tepatnya aku yang tidak mengenal mereka.

Tidak mau, itu hanya membuang buang waktu.

     Aku? Ibu ku bilang aku tampan. Tapi tidak ketika
aku sedang bermain game. Dan aku selalu bermain game, seperti yang sedang ku lakukan sekarang.

Jadi intinya? Aku tidak tampan,jadi jangan berharap lebih.

****

“Itu azka?”

“dia tampan”

“tapi ku dengar dia tidak memiliki teman”

“kasihan sekali.”

Sialnya. Kenapa harus melewati lorong kelas 1 untuk mencapai kelas ku?

Aku hanya menundukan kepala memperhatikan
layar video game ku dan memfokuskan diri ku
padanya. Tidak yang lain.

Dan itu lah kebiasaan buruk ku
BRUKKK

     Aku menabrak seseorang. Siapapun itu, aku tidak
perduli karena aku harus cepat menaikkan level ku
sebelum event tahunan yang di adakan server game
kesukaan ku di mulai.

“hei kalau jalan hati hati dong” ujar seseorang di
depan ku

Eh? Sepertinya aku juga ikut terjatuh. Kenapa jadi
dia yang marah marah?

Lagi pula semua orang disini tahu kan kalau tidak
ada yang bisa menggangguku jika sudah berurusan
dengan layar 5 inch ini.

Aku mengambil PSP ku yang sempat terbuang dan kembali berjalan tanpa menghiraukan perkataan
gadis itu.

“kau ini, bukannya meminta maaf malah kabur begitu saja!”

****

Masih pada hari yang sama di ruang guru….

“seharusnya , liburan musim panas kemarin kau
memperbaiki nilai mu” ujar seorang guru
bimbingan ku disekolah.

“ahh, maaf maaf. Musim panas kemarin aku sedang
tidak enak badan” kata ku beralibi. Semoga saja
berhasil

Tanpa basa basi terlebih dahulu Asher-sensei
langsung meninju perut ku

“dasar. Kau sudah kelas
2! Perbaiki lah kebiasaan mu”

“Arggh, kau ini selalu saja melakukan itu…” kata ku
sambil mengusap permukaan perut ku yang sakit.

“…lagi pula nilai ku tidak seburuk itu. Tahu”

BUKKKK . satu tinjuan lagi di tempat yang sama.

“baiklah baiklah. Aku harus apa?” kata ku pada
akhirnya.

“Kerjakan tugas pemulihan mu. Besok. Sepulang
sekolah. Jangan mengelak” Asher-sensei langsung
memberi ku perintah tanpa menanyai pendapat ku.

“besok ya..” kata ku sembari berfikir.

“besok…”
“besok….”
“TIDAK TIDAK! Besok aku harus mendaftarkan diri
untuk event tahun ini!!” bentak ku padanya.

Bagaimana bisa aku melewatkan event penting
seperti itu
“Aku bilang jangan mengelak, Azka” ujar Asher-
sensei dingin

“TAPI AKU TIDAK BISA KALAU BESOK!”

“Jangan banyak mengeluh! Lakukan saja!” katanya
sambil meninju ku. Lagi

DASAR GURU SIALAN!!

Kamis, 27 Agustus 2015

Sinopsis : Player Station Partner

Player station partner, bercerita tentang kehidupan Azka Raditya yang hanya di isi oleh bermain game. Tetapi semua itu berubah
di tahun keduanya di SMA Seido. Ia terjebak oleh teman teman baru nya dalam aliansi sesama gamers yang melenceng.

       Bagaimanakah kehidupan Azka setelah kejadian
itu?

       Apa ia bisa melaksanakan misi yang sudah di
berikan padanya?

Baca terus ceritanya ya! ^_^